FAKULTAS KEDOKTERAN UNPRI GELAR SEMINAR INTERNASIONAL

Prof Eiju Watanabe MD PhD: 10-20 Persen Penderita Epilepsi Harus Menjalani Tindakan Pembedahan

Selasa, 10 April 2012 07:11:42 oleh frank | berita sebelumnya | berita selanjutnya

Ahli bedah syaraf dari Jepang Prof Eiju Watanabe MD PhD mengatakan, 10-20 persen penderita epilepsi atau ayan harus menjalani tindakan pembedahan.

Hal tersebut disampaikan Prof Eiju Watanabe MD PhD pada Seminar Internasional "Surgical Aspect Of Neurology: A New Approach To Epilepsy" yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Prima Indonesia (Unpri), Senin, 02 April 2012 di Griya Dome Medan.

Hadir pada seminar tersebut Pembina, dr. I Nyoman Ehrich Lister, MKes, AIFM, Ketua BPH Unpri Tommy Leonard, SH, MKn, Prof. dr. Djakobus Tarigan, AAI, DAAK, Dekan FKG Prof. drg. Monang Panjaitan, MS, Dekan Fakultas Kedokteran Unpri dr. Firman Sitepu, SpA.

Pada kesempatan itu, Prof Eiju Watanabe MD PhD memaparkan secara panjang lebar mengenai epilepsi dihadapan ratusan mahasiswa FK Unpri.

Menurutnya, pemberian obat anti epilepsi itu sangat penting.

Dia juga menyebutkan, bahwa epilepsi dikenal sebagai salah satu penyakit tertua di dunia dan mnempati urutan kedua dari penyakit saraf. Dengan tata laksana yang baik sebagian besar penderita dapat terbebaskan dari penyakitnya, namun untuk ini ditemukan banyak kendala.

"Penderita bisa diobati dengan tindakan bedah. Jadi, anggapan di masyarakat bahwa epilepsi penyakit keturunan adalah tidak benar mengingat kesembuhannya bisa dilakukan dengan cara operasi," katanya lagi.

Selain itu, hadir juga Dr Setia Budi Tarigan Sp S (dokter ahli bedah syaraf), Sri Hartini SPsi MPsi (Psyhological Impact To Epileptic), dan Yeni Dewita S Kep. Pada kesempatan itu, Dr Setia Budi Tarigan Sp S memaparkan, bahwa epilepsi dapat menurunkan kwalitas hidup, karena itu, diperlukan penanganan yang efektif.

Setia Budi Tarigan menambahkan, tidak ada larangan bagi wanita penderita epilepsi untuk berumah tangga dan hamil.

Sementara itu, Sri Hartini S.Psi, M.Psi menuturkan, bahwa sekitar 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi dan 90 persen Orang Dengan Epilepsi (ODE) ditemukan pada negara-negara berkembang, dan sebagian besar ODE, belum mendapatkan treatment, sesuai yang mereka butuhkan. Setengah dari total kasus epilepsi telah diderita semenjak pasien masih anak-anak atau remaja.

Disebutkannya, laporan WHO tentang mispersepsi tentang ODE ditemukan disetiap daerah atau negara. Kesalahpahaman, diskriminasi dan stigma sosial yang negatif tersebut, membuat ODE menjadi terjebak dalam kegelapan dan cenderung menutup diri.

Masalah-masalah tersebut katanya, terjadi hampir pada setiap negara dan budaya.

Dia juga menjelaskan, bahwa epilepsi sebuah penyakit neurologis yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kejang yang berulang-ulang. Episode-episode dari kejang itu dapat menyebabkan atensi dan tingkah laku seseorang dapat berubah. Gejala penyakit epilepsi sangat bervariasi. Mulai dari kejang sampai perubahan emosi.P10

Ahli bedah syaraf dari Jepang Prof Eiju Watanabe MD PhD (tengah) foto bersama Pembina, dr. I Nyoman Ehrich Lister, MKes, AIFM, Ketua BPH Unpri Tommy Leonard, SH, MKn, Dekan Fakultas Kedokteran Unpri dr. Firman Sitepu, SpA.usai Seminar Internasional "Surgical Aspect Of Neurology: A New Approach To Epilepsy" yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Prima Indonesia (Unpri), Senin (2/4) di Griya Dome Medan.


Berita Seputar Kedokteran:

Berita Lain:

Berita Halaman Depan: